Teman ambil artikel ni dari mymassa.
Jakarta Selatan -
Pemilu (Pemilihan Umum) di Malaysia sudah pun berakhir sebenarnya.
Kemenangan jelas milik parti pemerintah diketuai bapak Najib. Sebaliknya
oposisi di Malaysia oleh bapak Anwar dengan kerjasama Lim Kit Siang
seorang Cina. Kalau di Jakarta, ia seakan Cina totok begitu.
Amat menjelekkan
demokrasi ala Malaysia karena pemenangnya sudah jelas kepada team bapak
Najib, menapa perly lagi bapak Anwar sibuk-sibuk bikin porak-poranda
negara sendiri. Seharusnya terima saja keputusannya.
Ternyata bapak Anwar
tidak punya perasaan kenagaraan yang tinggi, dia sendiri mengkianati
rakyatnya. Bapa Anwar harus menerima hakikat yang mana Malaysia bukan
pengamal sistem Persiden. Jika Malaysia menggunapakai sistem Persiden
seperti di Indonesia atau di Amerika, ya memang benar undi paling banyak
dikira sebagai pemenangnya. Misalannya, Bapak Jusuf Kalla melawan Bapak
Susilo, ternyata Bapak Susilo menerima undian paling terbanyak maka
sudah jelas Bapak Susilo menjadi Persidennya.
Di Malaysia tidak
begitu, karena Malaysia menggunapakai sistem Komanwel dan British
Democracy. Makanya mana-mana partai yang menang walaupun tidak majoritas
undinya, partai itu dikira pemenangnya. Karena majoritasnya
dilihat kepada partainya bukan kepada manusianya. Hal ini sebenarnya
amat remeh dan memalukan jika tidak difahami. Masakan bapak Anwar dan
oposisinya tidak mengetahui hal-hal seperti ini.
Saya sendiri pelajar
jurusan undang-undang di Universitas Islam Antarabangsa Malaysia di
Gombak, saya tidak faham mengapa Bapak Anwar tidak bisa menerima
keputusan rakyatnya sendiri.
KENEGARAAN
Sistem Kenegaraan Malaysia agak pelik, karena semasa saya belajar di sana, saya lihat rakyatnya yang keturunan Cina, tidak kiralah Cina totok atau Cina moden, tidak menghormati bahasa negaranya. Saya biasa ketemu orang-orang Cina yang tidak pandai berbahasa Malaysia. Walhal kami di Indonesia, orang-orang Cina mau pun yan totok Cina wajib menggunapakai bahasa Indonesia.
Sistem Kenegaraan Malaysia agak pelik, karena semasa saya belajar di sana, saya lihat rakyatnya yang keturunan Cina, tidak kiralah Cina totok atau Cina moden, tidak menghormati bahasa negaranya. Saya biasa ketemu orang-orang Cina yang tidak pandai berbahasa Malaysia. Walhal kami di Indonesia, orang-orang Cina mau pun yan totok Cina wajib menggunapakai bahasa Indonesia.
Saya pikir, Bapak Najib harus menekankan bidang-bdang seperti ini, kenegaraan yang utug akan menghasilkan negara yang kukuh. Namun
begitu, pihak oposisi khusus Bapak Anwar harus berubah, jangan terlalu
mementingkan diri sendiri, karena ia kelihatan sungguh jelik kepada
seorang yang selalu bercakap pasal demokrasi di Jakarta. Berilah contoh
yang baik.
Salam dari saya S. Sudariono, Blok M, Kabayoran, Jakarta Selatan.
*Kamu pun bisa pikir-pikirin yaa pak..
Sebab mana mungkin Rakyat Malaysia boleh menerima keputusan yg berubah ubah.Mana mungkin di terima,keputusan awal BN kalah waktu tengah malam dtg UNDI POS utk membantu memenang kn BN.Mana mungkin di terima warga2 Indon,Nepal,Pakistan dn Bangladesh mengundi utk memenang kn BN.Boleh kh kami rakyat Malaysia dtg negara kamu dn mendapat kartu pengenalan Indon dn mengundi pemimpin negara kamu?
ReplyDelete